Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Sedih Ayah di Yaman Tak Mampu Beli Baju Lebaran Anaknya

image-gnews
Fawaz Fara, istrinya, yang sedang hamil sembilan bulan, dan keenam anaknya di pasar Al Zumor di Kota Tua Sanaa. [Naseh Shaker / Al Jazeera]
Fawaz Fara, istrinya, yang sedang hamil sembilan bulan, dan keenam anaknya di pasar Al Zumor di Kota Tua Sanaa. [Naseh Shaker / Al Jazeera]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dengan mata sedih, Fawaz Fara mengaduk tumpukan pakaian di sebuah pasar di Sanaa, Yaman, ketika dia bersama sang istri Asma'a dan enam anaknya, hendak berbelanja baju lebaran menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Dia berhenti dan memberi tahu penjual bahwa dia tidak mampu membeli apa pun, lalu membawa keluarganya pergi.

"Salah satu (anak perempuan saya) meminta saya untuk membeli mainan untuknya. Yang lain menangis dan bertanya mengapa saya tidak membeli apa pun," kata Fara, ayah berusia 35 tahun.

"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya bahkan tidak mampu membeli pakaian. Bagaimana saya bisa membeli mainan?" tukas Fara kepada Al Jazeera, 4 Juni 2019.

Baca juga: Yaman Merugi Rp 700 Triliun Akibat Perang

Ini adalah tahun pertama dia tidak bisa membeli baju lebaran untuk dikenakan pada Idul Fitri.

Padahal sembilan tahun lalu, Fara telah mendapatkan penghasilan yang baik dan hidup berkecukupan sebagai penjaga keamanan di sebuah taman di Arab Saudi tengah.

Dia mengirim cukup uang kembali ke Asma'a di Yaman untuk menyokong seluruh keluarga, dan dia bisa membeli pakaian mahal untuk anak-anak untuk dikenakan pada Idul Fitri.

Mereka telah menikmati standar hidup yang tinggi di negara di mana rata-rata orang hidup dengan US$ 4,50 (Rp 64 ribu) per hari sebelum perang dimulai pada 2015. Jumlah itu anjlok menjadi US$ 1,80 (Rp 26 ribu) per hari setahun kemudian.

Masih bersyukur bisa hidup sehat

Bakeel Sala'am, dengan lima putranya, dan putrinya [Naseh Shaker / Al Jazeera]

Sejak Maret 2015, koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi-UEA, yang mendukung pemerintah Yaman, telah berperang dengan pemberontak Houthi.

Konflik empat tahun telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong negara termiskin di dunia Arab itu ke ambang kelaparan.

Orang-orang yang dulunya memiliki kemampuan finansial, terbiasa bernyanyi dengan gembira selama Idul Fitri ketika mereka makan permen atau mengenakan pakaian baru yang mewah.

Tahun ini, orang-orang itu merayakan Idul Fitri dengan bersyukur bisa hidup dan sehat, bergabung bersama kaum miskin Yaman lainnya yang telah menderita akibat konflik.

Baca juga: 85 Ribu Balita Tewas Didera Kelaparan Parah di Yaman

Peralihan ini membuat frustasi Fara, yang dideportasi dari Arab Saudi setelah berbicara politik dengan dua pria di Mekah Ramadan lalu.

Dia ditangkap, katanya, setelah dia berkomentar bahwa pemerintah Saudi telah mendukung Houthi seperti Iran.

Kasus itu membuat visanya dicabut. Sekarang dia tinggal bersama istrinya Asma'a, yang hamil sembilan bulan, dan anak-anak mereka di rumah sewaan di Kota Tua Sanaa, setelah bergabung dengan jajaran 60 persen lebih pengangguran di Yaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fara berharap mendapat keberuntungan di antara barang bekas dan harga baju baru yang lebih murah.

Pada akhir perjalanan pasarnya, ia hanya berhasil membeli dua jambiya kecil, dan belati seremonial Yaman, untuk dua putranya.

Dia berjanji untuk melanjutkan pencariannya nanti dan berjanji kepada anak-anaknya bahwa mereka akan menerima hadiah pada akhirnya.

"Perayaan sesungguhnya adalah memiliki kesehatan yang baik," katanya.

Fara tidak sendiri. Ayah lain bernama Bakeel Sala'am menjual khat di pasar untuk menghidupi tujuh anaknya dan empat saudara lelakinya, yang telah ia rawat sejak ayah mereka meninggal karena gumpalan darah.

Beberapa keluarga yang memiliki pendapatan mulai membeli baju lebaran berbulan-bulan sebelum Idul Fitri agar dapat membelinya, tetapi tidak bagi Sala'am, yang kesulitan oleh harga pokok yang melambung saat liburan.

Sala'am telah membawa keluarga ke pasar setelah putra-putranya merengek padanya untuk pergi. Mereka iri dengan baju lebaran baru putra tetangganya, katanya.

"Aku belum membeli apa-apa," kata Sala'am ketika dia berjalan bersama anak-anaknya menjelang Hari Raya Idul Fitri di pasar Yaman.

Inisiatif pakaian lebaran untuk keluarga miskin

Harga barang pokok yang meningkat selama liburan membuat keluarga Yaman frustrasi di ibu kota, Sanaa [Naseh Shaker / Al Jazeera]

Beberapa anak muda telah menemukan cara untuk membantu keluarga yang membutuhkan, tanpa dukungan dari pejabat Yaman atau pengusaha.

Akram al-Tairi, direktur "Voluntently Smile Group," meluncurkan proyek tahun lalu untuk mendistribusikan pakaian untuk Idul Fitri ke 220 keluarga miskin di Sanaa. Tujuan mereka tahun ini adalah 300 keluarga.

Kelompok itu, yang terdiri dari 16 anggota staf dan 50 sukarelawan, menggunakan media sosial untuk meminta sumbangan, kata al-Tairi.

Baca juga: Bencana Kelaparan Makin Parah, Yaman Diprediksi Hancur Total

Mereka kemudian menargetkan keluarga miskin untuk menawarkan bantuan.

"Kami menjangkau keluarga yang membutuhkan di rumah mereka, secara rahasia, untuk menghindari kepadatan, dan kami memberi mereka kartu sesuai dengan jumlah anak-anak mereka dan waktu mengunjungi mal darurat," katanya.

"Setiap kartu mencakup lima hingga enam potong pakaian. Setiap potong adalah T-shirt dan celana panjang untuk satu anak," tambahnya.

Setiap keluarga mengunjungi mal darurat dan memilih pakaian yang mereka inginkan. Al-Tairi mengatakan kelompoknya mulai mendistribusikan baju lebaran pada 26 Mei, tepat pada waktunya untuk mencerahkan Idul Fitri bagi keluarga miskin di Yaman tahun ini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

7 jam lalu

Foto udara sejumlah kendaraan antre saat melintas di Gerbang Tol (GT) Kalikangkung Semarang-Batang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 13 April 2024. Pemerintah bersama Korlantas Polri menerapkan skema lalu lintas satu arah (one way) dari Tol Trans Jawa KM 414 GT Kalikangkung Semarang-Batang sampai dengan KM 72 ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada Sabtu (13/4) dimulai pukul 15.00 WIB dan untuk tanggal 14-16 April 2024 selama 24 jam guna memperlancar arus balik mudik Lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.


BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

8 jam lalu

Ilustrasi Inflasi. kemenkeu.co.id
BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.


Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.


Harga Naik, Toko Ritel Batasi Penjualan Gula Pasir

1 hari lalu

Ilustrasi Gula Pasir. Tempo/Tony Hartawan
Harga Naik, Toko Ritel Batasi Penjualan Gula Pasir

Sejumlah toko ritel melakukan pembatasan penjualan gula pasir imbas dari naiknya harga gula.


Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Febrio N Kacaribu. Feb.ui.ac.id
Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.


10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

11 hari lalu

Warga Afghanistan berkumpul untuk naik bus saat mereka bersiap untuk kembali ke rumah, setelah Pakistan memberikan peringatan terakhir kepada migran tidak berdokumen untuk pergi, di halte bus di Karachi, Pakistan 29 Oktober 2023. REUTERS/Akhtar Soomro
10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?


Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

13 hari lalu

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

PT PLN (Persero) mengklaim sukses menyediakan pasokan listrik andal selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445.


Cara SANTAI Jaga Kesehatan setelah Lebaran Menurut Dokter

14 hari lalu

ilustrasi olahraga treadmill (pixabay.com)
Cara SANTAI Jaga Kesehatan setelah Lebaran Menurut Dokter

Dokter penyakit dalam menyebut masyarakat perlu memelihara kesehatan usai Lebaran melalui cara paling mudah, yaitu SANTAI. Cek maksudnya.


Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

16 hari lalu

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri.
Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri termasuk Setya Novanto dan Djoko Susilo.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

16 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.